Tinjauan Terhadap Perencanaan dan Strategi
Pembelajaran Materi Subtansi Al-Qur’an
Pada Sekolah Dasar Kelas 1 Semester II
Makalah ini diajukan untuk memenuhi tugas akhir semester mata kuliah
“Perencanaan dan Strategi Pembelajaran”
Dosen Pembimbing : Drs. H. Mahmud, MM
Disusun Oleh :
Ilham Mahmuddin
FAKULTAS TARBIYAH
PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
INSTITUT PERGURUAN TINGGI ILMU AL-QUR’AN
TAHUN AKADEMIK 2011/2012
BAB
I
PENDAHULUAN
Dalam ajaran Islam, manusia
dilahirkan dalam keadaan suci, lalu kedua orang tua mereka yang melakukan
usaha-usaha untuk menjadikan anak tersebut menjadi Yahudi, Nasrani dan Majusi
(Al Hadits). Konsep manusia bersih dan suci mengilhami para filosof
mengkontruksi pemikiran tentang pola Tabularasa ala John Locke yang kemudian
mengilhami paradigma empirisme bahwa peserta didik pada asalnya adalah
sekelompok manusia yang tidak memiliki ide atau gagasan, sehingga guru berfungsi
mentransfer pengetahuan kepada peserta didik.
Paradigma peserta didik tidak
memiliki pengetahuan menjadi factor utama mengapa guru selalu menempatkan diri
sebagai pusat ilmu pengetahuan dan mengabaikan kemampuan proses eksplorasi yang
dimiliki oleh siswa. Kesalahpahaman terhadap potensi siswa menyebabkan proses
pembelajaran tidak maksimal, bahkan cenderung menghasilkan peserta didik yang
apatis dan kebingungan dalam artian seharusnya ia memperoleh lebih dari hanya
sekadar menerima pengetahuan, tetapi ia menerima metode pemahaman, pengembangan
dan pengelolaan ilmu pengetahuan atau bahkan metode eksplorasi keilmuan yang
mandiri sebagaimana yang dikembangkan oleh penganut metode inquiri.
Berdasarkan pemikiran-pemikiran
tersebut, maka kita membutuhkan pendekatan-pendekatan yang realible terhadap
obyek pembelajaran, karena dengan pendekatan yang tepat, kita akan mampu
menyusun rencana pembelajaran yang tepat.
BAB II
PENGERTIAN PENDEKATAN PERENCANAAN PEMBELAJARAN
A.
Pengertian Pendekatan Sistem
Pendekatan atau Approach dalam
bahasa Inggris diartikan sebagai “came near (menghampiri), go to (jalan ke) dan
way path dengan (arti jalan). Dalam pengertian ini dapat dikatakan bahwa
approach adalah cara menghampiri atau mendatangi sesuatu.[1]
H.M Habib Thaha mendefiniskan pendekatan
adalah cara pemprosesan subyek atas obyek untuk mencapai tujuan. Pendekatan ini
juga berarti cara pandang terhadap sebuah obyek permasalahan, dimana cara
pandang tersebut adalah cara pandang yang luas. Sedangkan Prof. Dr. Oteng
Sutisna, M.Sc lebih praktis dalam memahami pengertian ”pendekatan”. Pendekatan
adalah apa yang hendak ia kerjakan dan bagaimana ia akan mengerjakan sesuatu.
Yang pertama disebut dengan pendekatan pengertian ”tugas” dan yang kedua adalah
pendekatan dalam pengertian ”proses”.[2]
Penggunaan istilah ”pendekatan” memiliki
arti yang berbeda-beda tergantung kepada obyek apa yang akan menjadi tema
sentral perencanaan kerja dan kajian pemikiran yang akan dikembangkan. Dalam
konteks belajar, approach dipahami sebagai segala cara atau strategi yang
digunakan peserta didik untuk menunjang efesiensi dan efektifitas dalam proses
pembelajaran tertentu.
Dengan demikian sesungguhnya approach adalah
seperangkat langkah operasional yang direkayasa sedemikian rupa, untuk
memecahkan masalah atau untuk mencapai tujuan belajar tertentu.
Sudah barang tentu approach dalam pengertian
tersebut membutuhkan pandangan falsafi (mendasar) terhadap subyek matter yang
diajarkan, selanjutnya akan melahirkan metode mengajar yang dijabarkan dalam
bentuk tehnik penyajian pembelajaran.
Sistem adalah suatu kesatuan yang terdiri
dari komponen-komponen (elemen) yang saling berhubungan satu dengan lainnya
untuk mencapai tujuan tertentu. Keberhasilan sebuah perencanan sangat
tergantung bagaimana seseorang tersebut membuat system yang akan menjadi format
aktifitas dalam mewujudka sebuan tujuan. Oleh sebab itu untuk menentukan system
yang bagus diperlukan sebuah analisis system (system analyisis).
Sistem analisis adalah sebuah proses kajian
yang sangat detail berkaitan dengan elemen sebuah perencanaan atau system itu
sendiri, termasuk didalamnya adalah tujuan kegiatan, hasil yang akan dicapai
dan hubungan timbal balik antar elemen tersebut. Dengan kata lain analisis system
adalah kerangka dasar metode berfikir untuk memecahkan masalah atau sesuatu
persoalan.[3]
Pendekatan system berarti menentukan cara
memproses sebuah obyek oleh subyek dengan system yang telah ditentukan pula.
Pendekatan system dewasa ini dianggap lebih rasional dan efektif untuk
memperoleh output yang baik dalam sebuah proses pembelajaran. Sistem yang baik
dalam proses akan membantu mencapai hasil yang maksimal walau mungkin input
yang diperoleh kurang bagus mengapa demikian. Kemampuan analisis system yang baik
terhadap input akan membantu menemukan cara untuk melakukan pemrosesan input.
Pembelajaran yang dilakukan tanpa didahului oleh proses pendekatan terhadap
obyek atau peserta didik akan menyebabkan guru mengalami keterbatasan dalam
menetapkan metode atau bahkan strategi dalam proses pembelajaran.
B.
Pengertian Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan sebagaimana yang telah
dijelaskan merupakan proses pendefinisian tujuan dan bagaimana untuk
mencapainya. Artinya ia lebih banyak menetapkan output yang ingin dicapai,
mengartikulasikannya dalam bentuk strategi, taktik. Operasi yang diperlukan
untuk mencapainya.
Drs. Atang Widjaja Tunggal membagi
perencanaan menjadi dua, yaitu perencanaan formal (formal planning) dan
perencanaan tidak formal (informal Planning). Perencanaan tidak formal
merupakan proses secara intuitif memutuskan tujuan-tujuan dan
aktifitas-aktifitas yang diperlukan untuk mencapai tujuan tersebut, tanpa
penyelidikan yang kaku dan sistematis. Sedangkan perencanaan formal adalah
proses mengguanakan investigasi dan analisiss system untuk menentukan tujuan,
aktifitas atau strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan, dan secara formal
mendokumentasikan ekspektasi organisasi.[4]
Dalam setiap perencanaan, seseorang
sekurang-kurangnya akan melakukan hal-hal sebagai berikut :
1. Apa yang akan dicapai
2. Dengan cara apa akan dicapainya
3. Alasan-alasa apa yang digunakan untuk
menentukan cara-cara pencapaian itu
4. Kapan hal tersebut tercapai
5. Bagaimana pentahapan cara penyelesaiannya
6. Siapa yang akan melaksanakannya
7. Bilamana dan bagaimana akan mengadakan
penilaian
8. Kemungkinan-kemungkinan apa yang kiranya
dapat mempengaruhi pelaksanaan
9. Bagaimana mengadakan penyesuaian dan
perubahan rencana dan sebagainya[5]
Dengan demikian perencanaan menjadi suatu
yang sangat mendasar dan menentukan keberhasilan suatu program, karena ia
menyangkut penentuan tujuan, aktifitas atau proses untuk mencapai tujuan baik
menyangkut siapa yang melakukan, tahapan penyelesaian dan alat atau instrument
apa yang digunakan untuk mencapainya sekaligus ditentukan pula evaluasi hasil
sebuah aktifitas.
Perencanaan dalam pembelajaran berarti
menentukan tujuan, aktifitas dan hasil yang ingin dicapai dalam proses
pembelajaran. Pembelajaran berasal dari kata "ajar" dan kemudian
dalam ilmu pendidikan klasik dikenal dengan istilah "mengajar". Kata
mengajar memiliki 3 arti yaitu menyampaikan pengetahuan pada anak, menyampaikan
pengetahuan dan kebudayaan pada anak dan mengatur aktifitas lingkungan
sebaik-baiknya dan menghubungkannya dengan anak sehingga terjadi proses
belajar.
Drs. Abu Ahmadi menjelaskan bahwa pengertian
mengajar yang berarti menamankan pengetahuan dan kebudayaan pada siswa akan
melahirkan system "teacher centered" dimana guru menjadi actor utama,
sedangkan mengajar yang berarti membentuk lingkungan sehingga terjadi proses
belajar akan mengarahkan pada system "pupil centered" yang berarti
guru hanya menjadi fasilitator dan pembimbing.[6]
Dalam perspektif lainnya, praktek
pembelajaran yang dilakukan oleh guru terhadap murid, terbagi dalam 3 kelompok,
yaitu :
1.
Pengajaran - guru yang mengajar dengan cara menyampaikan pelajaran semata-mata.
Guru biasanya berdiri di depan kelas, mengahadapi siswa dan menjelaskan materi
pelajaran. Siswa duduk dengan rapi, mendengarkan dan mencatat uraian guru,
dihafalkan agar kelak dapat menjawab pertanyaan dengan baik jika diadakan
ulangan. Sistem pengajaran tersebut bersifat pasif (tidak ada dinamika
pemikiran) dan verbalistic (disampaikan dengan lisan). Secara sederhana situasi
pengajaran demikian digambarkan dengan "DUDUK, DENGAR, CATAT DAN
HAPALKAN".
2.
Pembelajaran – guru yang mengajar dengan menciptakan situasi dan kondisi
belajar yang memungkinkan siswa dapat memperoleh pengalaman belajar sesuai
dengan tujuan artinya ia tidak hanya mengetahui meteri pelajaran tetapi ia juga
mampu memahami, menerapkan suatu konsep atau memiliki ketrampilan tertentu yang
disesuaikan dengan tujuan pembelajaran.
Guru dalam kelompok pembelajaran bertindak
sebagai fasilitator, pemberi motivasi dan rangsangan, pembimbing dan konsultan
terhadap kesulitan yang dihadapi siswa serta mengarahkan proses pada tujuan
yang telah ditetapkan. Siswa menjadi lebih aktif dengan melakukan diskusi,
latihan, eksperimen atau proses discoveri keilmuan.
3.
Pembelajaran bebas – guru berperan sebagai pembimbing siswa dalam pembelajaran.
Siswa memilih materi pembelajaran apa yang akan dipelajari sesuai dengan minat
dan pilihannya serta bagaimana cara mempelajarinya.[7]
Dengan definisi tersebut, maka penggunaan
pembelajaran dinilai lebih baik di-bandingkan dengan "mengajar".
Mengajar hanya menjadikan siswa sebagai kelompok yang tidak memiliki ilmu dan
diberlakukan sebagai obyek bodoh dan pasif sedangkan guru bertindak sebagai
kelompok super yang tidak mungkin salah. Pembelajaran mengambil sisi baik dari
proses mengajar dan memberikan ruang yang luas bagi siswa untuk mengembangkan
pengetahuan secara mandiri. Guru sebagai penyampai materi pelajaran juga dapat
melakukan improvisasi dengan metode pembelajaran yang beraneka ragam sesuai
dengan stressing mata pelajaran tersebut.
BAB III
URGENSI PENDEKATAN SISTEM PERENCANAAN
PEMBELAJARAN
Dalam perkembangan pendidikan modern,
pendidikan dilakukan dengan proses yang sistematis dan sangat terencana, hal
tersebut dimungkinkan karena perkembangan ilmu pengetahuan yang aplikatif.
Siswa tidak lagi dianggap sebuah obyek bodoh yang mati, tetapi ia telah
memiliki bekal ilmu pengetahuan baik yang diperoleh dari jenjang pendidikan
sebelumnya atau berasal dari eksplorasi keilmuan secara mandiri, sedangkan guru
hanya berfungsi sebagai salah satu sumber ilmu dan moral. Disamping itu
terdapat prinsip bahwa pembelajaran sebenarnya bukan aplikasi dari apa yang di
kehendaki oleh guru tetapi apa yang dikehendaki oleh peserta didik.
Berdasarkan asumsi-asumsi tersebut, maka
perencanaan pembelajaran menjadi bangunan awal sebuah proses pembelajaran.
Sebagai bangunan awal proses pembelajaran, perencanaan harus dibuat dengan
memperhatikan input dan out put yang hendak dicapai sekaligus didalamnya memuat
aktifitas atau proses untuk mencapainya.
Pendekatan system perencanaan pembelajaran
sangat penting bagi proses pembelajaran, karena disana terdapat arahan yang
menunjukkan cara atau metode yang digunakan untuk memproses input sehingga
menghassilkan output yang baik. Secara umum dapat kita sarikan kepentingan
pendekatan system perencanaan pembelajaran sebagai berikut :
1. Dapat memberikan arahan tentang tujuan dalam
system pembelajaran yang akan dilakukan oleh seorang guru.
2. Dapat memberikan petunjuk tentang materi
pembelajaran.
3. Menjelaskan tentang kegiatan yang harus
dilakukan sebagai komponen system pembelaajaran.
4. Memberikan penjelasan tentang cara, metode
dan alat yang akan digunakan dalam proses pembelajaran.
Perencanaan pembelajaran berarti menentukan
tujuan yang ingin dicapai dalam suatu proses pembelajaran. Tujuan pembelajaran
merupakan penggambaran tentang perubahan-perubahan yang diharapkan dari siswa.
Robert F. Merger menjelaskan bahwa tujuan merupakan deskripsi pola-pola prilaku
atau performance yang diinginkan dapat didemonstrasikan siswa, Agar rumusan
tujuan menggambarkan totalitas keinginan dan kepentingan pembelajaran, maka
diperlukan standar operasional yaitu:
1. Menyatakan prilaku yang akan dicapai
2. Membatasi kondisi perubahan perilaku yang diinginkan,
dan
3. Menyatakan kreteria perubahan perilaku dalam
arti menggambarkan standar perilaku minimal yang dapat diterima sebagai hal
yang dicapai.[8]
Sedangkan materi pelajaran adalah isi dari
proses yang harus dipelajari dalam proses pembelajaran, agar materi pelajaran
sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai, maka materi pelajaran harus mempunyai
ruang lingkup dan urutan yang jelas. Hal tersebut akan memudahkan kita dalam
menentukan metode atau kegiatan yang akan kita tetapkan dalam proses
pembelajaran. Dalam proses penetapan metode, seorang guru harus memperhatikan
ragam metode yang mungkin dapat digunakan, menetapkan kegiatan-kegiatan yang
tidak perlu dilakukakan agar mencapai efesiensi dan menetapkan kegiatan yang
akan dilaksanakan oleh Guru dan Siswa.
Materi pelajaran dalam perencanaan
pembelajaran harus mengacu pada kurikulum, sehingga tidak berlebihan jika
kemudian perencanaan pembelajaran diidentikkan dengan kurikulum. Beberapa pakar
pendidikan memberikan kesimpulan yang hampir sama berkaitan dengan kedudukan
kurikulum dalam system perencanaan pembelajaran, kurikulum diartikan menjadi 3
hal yaitu :
1. Kurikulum sebagai perencanaan pembelajaran –
karena didalamnya berisi tentang materi yang ingin disampaikan atau ditempuh
oleeh siswa untuk memperoleh ijazah atau mata pelajaran yang ditawarkan oleh
suatu lembaga pendidikan.
2. Kurikulum sebagai pengalaman belajar yang
akan diperoleh siswa dari sekolah artinya kurikulum tersebut menjelaskan bahwa
pengalaman belajar yang akan diperoleh tidak lepas dari apa yang telah
disajikan dalam kurikulum tersebut.
3. Kurikulum diartikan sebagai rencana belajar
siswa – artinya dengan melihat kurikulum tersebut siswa secara mandiri dapat
melakukan pembelajaran atau mengeksplorasinya sendiri dengan sumber belajar
yang juga disebutkan dalam kurikulum tersebut.[9]
Kurikulum sebagai bagian integral dari
perencanaan pembelajaran berisi tentang rencana dan pengaturan mengenai tujuan,
isi dan materi pembelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman
penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan tertentu. Sudah
barang tentu keberadaan kurikulum menambah arti penting perencanaan
pembelajaran dalam sebuah system pendidikan itu sendiri.
BAB IV
MODEL DAN POLA PENDEKATAN SISTEM
Pendekatan digunakan dalam pembelajaran
berorientasi agar siswa sedikit banyak mengambil peran dari guru, artinya peran
guru bergeser dari "menentukan apa yang dipelajari" menjadi
"bagaimana menyediakan dan memperkaya pengalaman belajar siswa".
Pengalaman belajar diperoleh dari serangkaian kegiatan siswa baik studi
kepustakaan, eksperimen dan interaksi siswa dengan lingkungannya, siswa dengan
temannya, dan nara sumber lain.
Dalam proses perencanaan pembelajaran
terkandung juga kegiatan yang akan dilakukan oleh seorang guru terhadap peserta
didik, karena pendekatan sangat menentukan interaksi antara guru dan siswa.
Pendekatan yang dapat digunakan secara garis besar adalah[10]:
A.
Pendekatan imposisi atau ekspositoris yaitu pendekatan dengan ciri guru
me-nyampaikan materi pembe-lajaran dengan penuturan atau dengan melontarkan
(ekspositoris) materi pembelajaran.Metode ini berkembang dari fakta empiris
yang menyatakan bahwa manusia pada mulanya tidak memiliki ide atau pengetahuan
apa-apa sebagaimana yang dikembangkan oleh John Locke dengan filosofi
"Tabula Rasa" – lalu guru bertindak sebagai supliyer ilmu kepada
siswa.
B.
Pendekatan Teknologis yaitu pembelajaran dengan menggunakan perangkat (wares),
baik berupa perangkat benda atau perangkat keras (hardware), misalnya Radio,
Televisi, atau komputer dan perangkat program (software).
Pendekatan Personalisasi yaitu pembelajaran
dengan meengarahkan pada siswa untuk menentukan apa yang ingin dipelajari,
sehingga yang bersangkutan mempertahankan keunggulan yang semula sudan dimiliki
dan mengembangkannya sesuai dengan dasar-dasar yang sudah dimiliki. Dalam
proses pembelajaran, siswa diarahkan pada prinsip saling membutuhkan, aktif dan
jiwa kemandirian. Proses pembelajaran dengan pendekatan personalisasi
didasarkan pada filosofi progresifistis yang berpandangan bahwa manusia pada
asalnya adalah baik dan aktif.
C.
Pendekatan Interaksional yaitu proses pembelajaran dengan pola terjadinya
interaksi yang seimbang antara guru dan siswa. Guru aktif dalam memberi
rangsangan maupun jawaban, demikian juga siswa. Guru senantiasa melemparkan
permasalahan yang terformat dalam media pembelajaran, sehingga siswa terlatih
kemampuannya untuk memecahkan masalah melalui penggunaan argumentasi verbal.
D.
Pendekatan konstruktivis yaitu proses pembelajaran dimana siswa melakukan
preposisi yang sederhana dengan mengkonstruk pengertian terhadap dunia
tempatnya hidup. Manusia membangun pengetahuan melalui interaksi dengan obyek,
fenomena, pengalaman dan lingkungannya.
Untuk melakukan pendekatan konstruktivis,
seseorang harus memahami prinsip-prinsip kontruktifitas yaitu;
1. Masalah yang sesuai dengan kehidupannya,
2. Penataan belajar pada konsep primer/utama,
3. Menjajaki dan menghargai pendapat siswa,
4. Kurikulum disesuaikan dengan kebutuhan
siswa, dan
5. Menilai belajar siswa dalam konsteksi
mengajar.
Jika kita menggunakan metode konstruktivis,
maka sesungguhnya kita telah melakukan kegiatan :
1. Mengaktifkan kembali pengetahuan yang sudah
ada (activiting knowlidge),
2. Memperoleh pengetahuan baru (acquiring
knowlidge),
3. Memahaman pengetahuan (understanding
konwlidge),
4. Mempraktekkan pengetahuan dan pengalaman
(applying konwlidge), dan
5. Melakukan refleksi pengetahuan (reflecting
konwlidge).
E.
Pendekatan Inquiri adalah pemberian mateeri pembelajaran pada siswa untuk
menangani permasalaha yang mereka hadapi ketika berhadapan dengan dunia nyata
melalui proses penelitian. Siswa sebagai peneliti, maka ia harus melakukan
prosedur mengenali permasalahan, menjawab pertanyaan, melakukan research dan
investigasi dan menyiapkan kerangka berfikir, hipotesis, dan penjelasan
kompatibel dengan pengalaman pada dunia nyata.
F.
Pendekatan Pemecahan Masalah – yaitu pembelajaran dengan titik tekan untuk
mengembangkan higher order thinking skills (kerangka ketrampilan berfikir
tingkat tinggi) melaui proses solving atau pemecahan masalah. Pendekatan
Pemecahan Masalah akan merangsang siswa mampu menjadi :
1. Eksplorer (mencari penemuan baru)
2. Inventor (mengembankan gagasan/ide dan
pengujian baru yang inovatif
3. Desainer (mengkreasi rencana dan model baru)
4. Desicion maker (pengambil keputusan dengan
melatih menetapkan pilihan yang bijaksana.
5. Komunikator (mengembangkan metode dan teknik
untuk bertukar pemikiran dan berinteraksi
Dalam perspektif pembelajaran Qur'ani,
ditemukan beberapa pola atau model pendekatan yang biasa dilakukan dalam proses
pembelajaran pendidikan agama Islam adalah :
A.
Pendekatan Pengalaman yaitu pemberian pengalaman keagamaan kepada peserta didik
dalam rangka penanaman nilai-nilai keagamaan baik secara individual maupun
kelompok. Pengalaman adalah suatu hal yang sangat berharga dalam kehidupan
manusia, Syaiful Bachri Djamrah menjelaskan bahwa pengalaman adalah guru tanpa
jiwa, namun selalu dicari oleh siapapun juga.[11]
Al Qur’an memberikan contoh yang sangat
jelas bagaimana pendekatan pengalaman dipakai dalam memberikan pelajaran dan
peringatan kepada semua manusia agar mereka tidak terjerumus dalam situasi dan
perbuatan yang sama misalnya bagaimana Allah menjadikan jasad Fir’aun sebagai
sumber pelajaran dengan pola pendekatan pengalaman. Firman Allah dalam Al
Qur’an Surat Yunus ayat 92.[12]
Yang
Artinya :” Maka pada hari ini Kami selamatkan badanmu, supaya kamu dapat
menjadi pelajaran bagi orang-orang yang datang sesudahmu dan Sesungguhnya
kebanyakan dari manusia lengah dari tanda-tanda kekuasaan kami”.
Sedemikian pentingnya pendekatan pengalaman
dalam pembelajaran pendidikan Islam, sehingga Allah berkali-kali memerintahkan
umat Islam atau manusia pada umumnya untuk mencari pengalaman dengan mengkaji
riwayat bangsa-bangsa terdahulu dan terus menerus melakukan kajian terhadap
bekas tempat tinggal dan kehidupan mereka, juga dengan berbagai peristiwa alam
yang terjadi dalam kehidupan kita.
Sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an
Surat Yunus ayat 39 dan 73.[13]
Artinya
:”Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum
mengetahuinya dengan sempurna Padahal belum datang kepada mereka penjelasannya.
Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul). Maka
perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu”.
Artinya
:”Lalu mereka mendustakan Nuh, Maka Kami selamatkan Dia dan orang-orang yang
bersamanya di dalam bahtera, dan Kami jadikan mereka itu pemegang kekuasaan dan
Kami tenggelamkan orang-orang yang mendustakan ayat-ayat kami. Maka
perhatikanlah bagaimana kesesudahan orang-orang yang diberi peringatan itu”.
Metode mengajar yang dapat dipakai dalam
pendekatan pengalaman, diantaranya adalah metode eksperimen (percobaan), metode
drill (latihan), metode sosiodrama dan bermain peran, dan metode pemberian
tugas belajar dan resitasi dan lain sebagainya.
B.
Pendekatan pembiasaan adalah suatu tingkah laku tertentu yang sifatnya otomatis
tanpa direncanakan terlebih dahulu dan berlaku begitu saja tanpa dipikirkan lagi.
Pembiasaan pendidikan memberikan kesempatan kepada peserta didik terbiasa
mengamalkan ajaran agamanya, baik secara individu maupun secara berkelompok
dalam kehidupan sehari-hari.[14]
C.
Pendekatan Emosional yaitu usaha untuk
mengubah perasaan dan emosi peserta didik dalam meyakini ajaran Islam serta
dapat merasakan mana yang baik dan yang buruk. Emosi adalah gejala kejiwaan
yang ada dalam diri manusia – emosi erat kaitannya dengan perasaan manusia.
Seseorang yang mempunyai perasaan pasti dapat merasakan sesuatu; baik perasaan
jasmaniah, maupun perasaan rokhaniyah. Di dalam perasaan rokhaniyah tercakup
perasaan intelektual, perasaan estetis dan perasaan etis, perasaan sosial dan
perasaan harga diri. Peristiwa yang terjadi dalam kehidupan mereka akan menjadi
bangunan emosi atau perasaan mereka.
D.
Pendekatan Rasional adalah suatu pendekatan mempergunakan rasio (akal) dalam
memahami dan menerima kebesaran dan kekuasaan Allah. Ajaran agama Islam
sebagian harus diyakini tanpa ada interpretasi karena memang ajaran tersebut
”ghairu ma’qul”, tetapi dalam konteks yang lain terdapat ajaran yang harus
dicerna dengan pendekatan rasio.
Ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan
manusia, penciptaan alam semesta, kekayaan dan keragaman hayati dan aspek-aspek
lain dari keindahan tata ruang angkasa membutuhkan kecermelangan rasio untuk
memahaminya. Out put pemahaman dengan pendekatan rasio terhadap keajaiban alam
menjadikan manusia bertambah keimanannya ,mereka yang mampu menggunakan rasio
alam memahami kekuasaan dan kebesaran Allah tersebut dikenal dengan ”Ulul
Albab” sebagaimana firman Allah dalam Al Qur’an Surat Ali Imron ayat 190-191.[15]
Artinya
:”Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam
dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal”, ”(yaitu)
orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadan
berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya
berkata): "Ya Tuhan Kami, Tiadalah Engkau menciptakan ini dengan sia-sia,
Maha suci Engkau, Maka peliharalah Kami dari siksa neraka”.
Perintah menggunakan akal sebagai alat
eksplorasi keilmuan dan keimanan menjadi begitu penting karena akal adalah
pintu utama masuknya ilmu pengetahuan dan dengan akal pula manusia mampu
memikirkan kebesar-an dan kekuasaan Allah, sebagaimana firman Allah dalam Al
Qur’an Surat Rum ayat 8.[16]
Artinya
:”Dan mengapa mereka tidak memikirkan tentang (kejadian) diri mereka? Allah
tidak menjadikan langit dan bumi dan apa yang ada diantara keduanya melainkan
dengan (tujuan) yang benar dan waktu yang ditentukan. dan Sesungguhnya
keba-nyakan di antara manusia benar-benar ingkar akan Pertemuan dengan
Tuhannya”.
E.
Pendekatan Fungsional adalah usaha memberikan materi agama dengan menekankan
pada segi kemanfaatan bagi peserta didik dalam kehidupan sehari-hari sesuai
dengan tingkat perkembangannya. Pendekatan fungsional dilakukan di sekolah
karena dinilai dapat menjadikan agama lebih hidup dan dinamis. Metode yang
dapat digunakan dalam pendekatan ini adalah metode latihan, ceramah, tanya
jawab, pemberian tugas dan demonstrasi.
F.
Pendekatan Keteladanan adalah memperlihatkan keteladanan, baik yang langsung
melalui penciptaan kondisi, pergaulan yang akrab antara personal sekolah,
perilaku pendidikan dan tenaga pendidikan lain yang mencermin-kan akhlaq
terpuji, maupun yang tidak langsung melalui suguhan ilustrasi berupa
kisah-kisah keteladanan.[17]
Secara natural, seorang anak dibekali
kemampuan untuk mengidentifikasi, mengasosiasi dan bahkan meniru apa yang
pernah dilihat atau dijumpainya. Oleh sebab itu diperlukan public figur yang
baik (berakhlaqul karimah) karena anak tersebut akan menjadikannya sebagai
bahan rujukan untuk memerankan dirinya dalam kehidupan sehari-hari.
Keteladanan yang paling baik adalah
meneladani perilaku dari Rasulullah artinya bagaimana Rasulullah mendidik,
bergaul, memimpin umat Islam dan beribadah kepada Allah sebagai wujud syukurnya
atas karunia Allah kepadanya. Tidak ada keteladanan yang lebih baik dari pada
keteladanan yang dicontohkan oleh Rasulullah sebagaimana firman Allah dal Al
Qur’an Surat al Akhzab ayat 21.[18]
Artinya
:”Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik
bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari
kiamat dan Dia banyak menyebut Allah”.
G.
Pendekatan Terpadu – adalah pendekatan yang dilakukan dalam proses pembelajaran
dengan memadukan secara serentak beberapa pendekatan, yaitu pendekatan keimanan
(akidah), pengalaman (experient), pembiasaan, rasional (akliah), emosional
(gejolak kejiwaan), fungsional (nilai kegunaan) dan keteladanan (uswah).
BAB V
PENUTUP
Pendekatan system dalam pembelajaran menjadi
tolok ukur kinerja seorang guru dalam menyampaikan pembelajaran kepada siswa,
karena didalamnya tergambar secara jelas keinginan, aksi dan hasil yang ingin
dicapai oleh seorang guru.
Aplikasi dari perencanaan pembelajaran dapat
dituangkan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran yang sifatnya lebih teknis
aplikatif. Oleh sebab itu konsep perencanaan pembelajaran dan pendekatan system
yang digunakan dalam penyusunan perencanaan pembelajaran akan menentukan tindak
lanjut dari proses pembelajaran tersebut.
Daftar Pustaka
Departemen
Agama RI, “Al Qur’an dan Terjemahanya”
Prof. Dr. Sutisna Oteng,
M.Sc, “Administrasi Pendidikan Dasar Teoristis untuk Praktek Profesional” (Bandung, Angkasa, 1983)
Drs. Hakim Lukmanul, M.Pd. Perencanaan Pembelajaran" ( Bandung, CV Wacana Prima, 2008)
Drs. Widjaja Tunggal Amin, AK.MBA, "Manajemen Suatu Pengantar",( Jakarta, Rineka Cipta, 1993)
Prof. Drs. A. Malik Fadjar, M.Sc, "Administrasi dan Supervisi Pendidikan", (Jogjakarta, Aditya Media, 1993)
Drs. Ahmadi Abu, "Didaktik Metodik", (Semarang, Penerbit CV. Thoha, 1978)
Dra. dan Asra Sumiati, M.Ed, "Metode Pembelajaran" (Bandung, Penerbit CV. Wacana Prima, 2008)
Bachri Syaiful Djamrah dan Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997)
Ramayulis, “Pengantar Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta, Kalam Mulia, 1994)
Drs. Hakim Lukmanul, M.Pd. Perencanaan Pembelajaran" ( Bandung, CV Wacana Prima, 2008)
Drs. Widjaja Tunggal Amin, AK.MBA, "Manajemen Suatu Pengantar",( Jakarta, Rineka Cipta, 1993)
Prof. Drs. A. Malik Fadjar, M.Sc, "Administrasi dan Supervisi Pendidikan", (Jogjakarta, Aditya Media, 1993)
Drs. Ahmadi Abu, "Didaktik Metodik", (Semarang, Penerbit CV. Thoha, 1978)
Dra. dan Asra Sumiati, M.Ed, "Metode Pembelajaran" (Bandung, Penerbit CV. Wacana Prima, 2008)
Bachri Syaiful Djamrah dan Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”, (Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997)
Ramayulis, “Pengantar Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta, Kalam Mulia, 1994)
[1] Software “Word Web” (soft ware untuk mencari arti kalimat dalam bahasa
Inggris)
[2] Prof. Dr. Oteng Sutisna, M.Sc, “Administrasi Pendidikan Dasar
Teoristis untuk Praktek Profesional” (Bandung, Angkasa, 1983), 35-36
[3] Drs. Lukmanul Hakim, M.Pd. Perencanaan Pembelajaran" ( Bandung,
CV Wacana Prima, 2008) , 69
[4] Drs. Amin Widjaja Tunggal, AK.MBA, "Manajemen Suatu
Pengantar",( Jakarta, Rineka Cipta, 1993), 141-142.
[5] Prof. Drs. A. Malik Fadjar, M.Sc, "Administrasi dan Supervisi
Pendidikan", (Jogjakarta, Aditya Media, 1993), 51
[6] Drs. Abu Ahmadi, "Didaktik Metodik", (Semarang, Penerbit CV.
Thoha, 1978), 8
[7] Dra. Sumiati dan Asra, M.Ed, "Metode Pembelajaran" (Bandung,
Penerbit CV. Wacana Prima, 2008), 1-2
[8] Dra. Sumiati dan Asra, M.Ed, "Metode Pembelajaran", 10-11
[9] Drs. Lukmanul Hakim, M.Pd. "Perencanaan Pembelajaran", 5-8
[10] Ibid, 43 - 49
[11] Syaiful Bachri Djamrah dan Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”,
(Jakarta, PT. Rineka Cipta, 1997), 70
[12] Departemen Agama RI, “Al Qur’an dan Terjemahanya”, 320-321
[13] Ibid, 313 dan 318
[14] Syaiful Bachri Djamarah dan Aswan Zain, “Strategi Belajar Mengajar”,
70
[15] Departemen Agama RI, “Al Qur’an dan Terjemahannya”, 109-110
[16] Ibid, 642
[17] Ramayulis, “Pengantar Ilmu Pendidikan Islam”, (Jakarta, Kalam Mulia,
1994),
[18] Departemen Agama RI, “Al Qur’an dan Terjemahannya”, 670
lumayan lah makalah loe hahaha
BalasHapus